Welcome to My Room

Serba-Serbi Perikanan, Bisnis Online dan LUAT TAH.| Menyediakan Pemesanan Benih Lele Sangkuriang (Khusus Wilayah Aceh)Hub : 082366262006

Rabu, 23 Maret 2011

Proposal Praktek Kerja Lapang Kerapu Macan


I.     PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
            Perikanan merupakan salah satu usaha manusia untuk memanfaatkan sumberdaya hayati perairan (aquatic resources) yang meliputi benda-benda hidup baik itu berupa jenis ikan, udang-udang, kerang-kerangan, mutiara, rumput laut, dan organisme air lainnya yang berada di perairan umum maupun di perairan laut. Salah satu usaha manusia untuk memanfaatkan potensi sumber daya hayati perairan tersebut adalah melalui usaha budidaya perikanan (Anonim, 2009).
Ruang lingkup budidaya ikan (Fish Culture) adalah pengendalian pertumbuhan dan pengembangbiakan yang bertujuan untuk memperoleh hasil yang terbaik dari pada dibiarkan hidup secara alami (Sumantadinata, 1983). Selanjutnya Hardjamulya (1990) mengatakan bahwa kegiatan budidaya ikan dapat dilakukan di kolam, sawah, maupun perairan umum. Kegiatan budidaya perikanan merupakan usaha manusia untuk mengelola faktor-faktor  budidaya, hama dan penyakit organisme budidaya dan dapat memproduksi organisme yang dibudidayakan sebanyak-banyaknya (Haris,1982).Salah satu usaha pengembangan budidaya ikan adalah usaha ikan di dalam kolam.
Murtidjo (1994) menyatakan bahwa potensi budidaya ikan di indonesia antara lain seperti, tambak air payau, kolam air tawar (air deras dan air tenang), sawah dan keramba. Ternyata usaha ini memberikan peluang yang sangat besar. Beberapa jenis ikan laut ekonomis dan merupakan komoditas budidaya umumnya ada tiga golongan yaitu kerapu, kakap dan beronang. Ikan kerapu merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi serta memiliki peluang pasar dalam dan luar negeri yang sangat baik. Ikan kerapu ini sudah menjadi istimewa di hotel dan restoran terkemuka, baik di Indonesia, Hongkong, Jepang Maupun Singapura. Permintaan pasar internasional akan ikan kerapu cenderung meningkat, memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan hasil tangkapannya serta dapat menambah devisa negara. 
Dengan semakin banyaknya permintaan ikan kerapu untuk pasaran domestic dan internasional, maka benih yang selama ini berasal dari alam akan sulit dipenuhi sehingga perlu dialihkan ke usaha pembenihan. Diantara jenis ikan laut budidaya, ikan kerapu macan yang mempunyai nilai ekonomis penting dengan nilai ekspor cukup tinggi, bahkan pernah mencapai angka peningkatan ekspor sebesar 350 % yaitu 19 ton pada tahun 1987 dan 75 ton pada tahun 1988.
Budidaya ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) merupakan usaha bisnis yang sangat potensial. Dengan melakukan usaha budidaya kerapu macan, maka selain dapat menjamin kontinuitas pakan, target produksi pun dapat diatur dengan permintaan pasar tanpa tergantung pada kondisi alam. Keuntungan lain, kerapu macan hasil budidaya juga akan memiliki tingkat kesehatan dan kondisi hidup yang lebih tinggi.
Benih ikan merupakan salah satu sarana pokok yang harus tersedia dalam setiap usaha budidaya ikan. Oleh karena itu, didalam upaya mengembangkan budidaya ikan, pengadaan benih tidak boleh diabaikan serta harus mendapat perhatian dan penanganan yang khusus. Penyediaan benih ikan yang cukup merupakan salah satu faktor untuk menentukan hasil bidang budidaya. Balai Benih Ikan (BBI) merupakan saran pemerintah untuk menghasilkan benih ikan dan untuk membina usaha pembenihan ikan rakyat yang tersebar hampir diseluruh wilayah Indonesia.
Pemasokan benih ikan budidaya siap tebar masih mengandalkan dari usaha penangkapan ikan dialam. Dengan demikian, ada kemungkinan terjadi eksploitasi penangkapan ikan dialam secara berlebihan. Hal ini tentu saja akan merusak keseimbangan ekosistem dimasa mendatang, maka sudah sewajarnya kita kembangkan usaha budidaya agar tidak  terjadi kepunahan spesies tersebut. Dengan budidaya kita sudah menunjukkan perwujudan yang paling sederhana dan usaha peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.




1.2  Maksud Dan Tujuan
            Maksud dari pelaksanaan praktek kerja lapang ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan dan gambaran secara langsung mengenai teknik pembenihan ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) di Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh.
            Tujuan dari praktek kerja lapang ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan kerja khususnya mengenai teknik pembenihan ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) dengan memadukan pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah dengan kenyataan di lapangan.


1.3       Manfaat
Manfaat dari praktek kerja lapang ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mahasiswa di lapang serta memahami permasalahan yang timbul dalam teknik pembenihan ikan kerapu macan sehingga diharapkan akan dapat melakukan pembenihan ikan kerapu macan dengan baik, serta mampu mengatasi permasalahan yang timbul dan nantinya akan menambah informasi untuk penelitian lebih lanjut tentang ikan kerapu macan.

























II.                TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dam Morfologi Ikan Kerapu Macan (Ephinepelus fuscoguttatus)
Secara umum, ikan kerapu macan berbadan kekar dan agak lebar, dengan kepala besar, mulut lebar dan tubuhnya ditutupi kulit tubuh yang berbintik-bintik gelap dan rapat, dengan sirip yang berwarna coklat hingga coklat kemerahan serta memiliki garis rusuk bersisik sebanyak 110-114 buah. Sirip dada kerapu macan berwarna kemerahan, sedangkan bagian pinggir sirip-sirip yang lain berwarna coklat kemerahan (Akbar dan Sudayanto, 2001).
Menurut Ghufran (2001) ikan kerapu macan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Perciformes
Famili : Serranidae
Genus : Ephinephelus
Species : Epinephelus fuscoguttatus
Ikan kerapu macan bentuk tubuhnya agak rendah, moncong panjang memipih dan menajam, rahangnya lebar diluar mata, gigi pada bagian depan 3 atau 4 baris, terdapat bintik putih coklat pada kepala, badan dan sirip, terdapat bintik hitam pada bagian dorsal dan posterior (Anonim, 1993).

2.2 Habitat Ikan Kerapu Macan (Ephinepelus fuscoguttatus).
Dalam siklus hidupnya kerapu macan muda hidup diperairan karang pantai dengan kedalaman 0,5 – 3 m, selanjutnya menginjak dewasa beruaya keperairan yang lebih dalam antara 7 – 40 m, biasanya perpindahan ini berlansung pada senja dan siang hari. Telur dan larva bersifat pelagis sedangkan kerapu muda dan dewasa bersifat demersal. Habitat favorit larva dan kerapu macan muda adalah pantai dekat muara sungai dengan dasar pasir berkarang yang banyak ditumbuhi padang lamun (Ijaya, 2006).
Kebanyakan ikan kerapu tinggal di terumbu karang dan sekitarnya, meskipun ada pula yang hidup di pantai sekitar muara sungai. Kerapu besar biasanya ditemukan diperairan pantai yang berlumpur didepan muara sungai (Nontji, 2002).



2.3 Cara Makan Ikan Kerapu Macan (Ephinepelus fuscoguttatus)
Larva kerapu pada umumnya menghindari permukaan air pada siang hari, sebaliknya pada malam hari lebih banyak ditemukan pada permukaan air. Penyebaran vertikal tersebut sesuai dengan sifat kerapu sebagai organism nocturnal, pada malam hari lebih banyak bersembunyi diliang – liang karang, sedangkan pada malam hari aktif bergerak dikolom air untuk mencari makan.
Ikan kerapu dikenal sebagai predator yaitu pemangsa jenis ikan – ikan kecil, plankton hewani (zooplankton), udang – udangan, invertebrata, rebon dan hewan – hewa kecil lainnya.

2.4 Reproduksi Ikan Kerapu Macan (Ephinepelus fuscoguttatus)
Ikan kerapu macan bersifat hermaprodit protogini yang berarti setelah mencapai ukuran tertentu, akan berganti kelamin (change sex) dari betina dewasa menjadi jantan. Perubahan jenis kelamin ini memerlukan dalam waktu cukup lama dan terjadi secara alami. Biasanya perubahan kelamin terjadi ketika ikan mencapai berat 7 kg. Selain itu, ikan kerapu juga tergolong sebagai jenis ikan yang bersifat hermaprodit sinkroni yan berarti didalam satu gonad dan satu individu ikan terdapat sel kelamin betina dan sel kelamin jantan yang dapat masak dalam waktu yang sama. Gonad ikan hermaprodit sinkroni mempunyai daerah ovarium dan testis dengan telur dan sperma yang dapat masak secara bersama – sama dan masing – masing siap untuk dikeluarkan.
Ikan kerapu macan dapat mengadakan pembuahan sendiri dan ada pula yang tidak. Ikan yang melakukan pembuahan sendiri akan mengeluarkan telur terlebih dahulu, dan kemudian dibuahi oleh sperma yang dikeluarkan oleh individu yang sama. Akan tetapi, pada ikan yang tidak dapat melakukan pembuahan sendiri, dalam satu kali pemijahan, ikan dapat berperan sebagai ikan jantan ataupun ikan betina. Apabila telah berperan sebagai ikan jantan dengan mengeluarkan sperma untuk membuahi telur – telur ikan lain, kemudian ikan tersebut juga akan berperan sebagai ikan betina dengan mengeluarkan telur yang akan dibuahi oleh sperma dari ikan yang lain (Ghufran, 2001).
Ikan kerapu betina ketika akan memijah akan mendekati ikan jantan. Bila waktu memijah tiba, ikan jantan dan ikan betina akan berenang bersama- sama  di permukaan air. Pemijahan biasanya terjadi pada malam hari pada saat bulan gelap. Jumlah telur yang dihasilkan  dalam satu kali pemijahan tergantung dari berat tubuh ikan betina. Misalnya ikan yang beratnya 8 Kg dapat menghasilkan telur 1.500.000 telur. Telur yang telah dibuahi bersifat non adhesive yaitu telur yang satu tidak melekat pada telur yang lainnya. Bentuk telur adalah bulat dan transparan dengan garis tengah sekitar 0,80 – 0,85 mm. telur yang dibuahi akan menetas menjadi benih yang akif berenang (sigit, 1993).

2.5 Kualitas Air
a. suhu
Suhu sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan ikan dan udang. Secara umum laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhusampai batas tertentu yang dapat menekan kehidupan ikan dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabakan pengaruh lansung suhu juga pengarub kelarutan gas -  gas didalam air termasuk oksigen. Semakin tinggi suhu, semakin kecil larutan oksigen dalam air, padahal kebutuhan oksigen bagi ikan dan udangsemakin besar karean tingkat metabolisme semakin tinggi. Kisaran optimal suhu yang baik bagi kehidupan ikan kerapu macan adalah 25 – 32 (Asmawi, 1986).
b. Salinitas
Salinitas (kadar garam) merupakan konsentrasi garam dalam air laut. Salinitas ini berpengaruh terhadap tekanan osmotic sel tubuh. Dengan demikian, bila seekor ikan dipindahkan dari habitat aslinya, misalnya dari salinitas tinggi ke salinitas rendah, berarti ikan tersebut menghadapi ancaman kematian, kecuali jika ikan tersebut mampu mentoleransi perubahan tersebut. Ikan kerapu macan umumnya menyukai salinitas 30 – 35 ppt  (Ghufran, 2001).
c. pH
Derajat keasaman (pH) air dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Derajat keasaman air yang rendah atau sangat asam dapat menyebabkan kematian iakn dengan gejala geraknya tidak teratur, tutup insang tidak bergerak aktif, dan berenang sangat cepat dipermukaan air. Keadaan air yang sangat basa jug adapt menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat. Kisaran pH air yang cocok untuk budidaya ikan kerapu macan adalah 6,7 – 8,2. Selain itu perairan yang asam juga berpengaruh terhadap nafsu makan ikan (selera makan ikan berkurang) (Bambang, 2000).

2.6  Hama dan Penyakit Pada Ikan Kerapu Macan (Ephinepelus fuscoguttatus)
Kasus penyakit yang paling banyak pada ikan bersirip (finfish) dijumpai pada budidaya ikan kerapu yaitu :
1.      Penyakit infeksi pada ikan yang menyebabkan tumbuhnya sel jaringan. Kelompok dari sel tersebut membentuk tumor pada kulit dan sirip. Penyakit ini disebabkan olen virus Lymphocystis. penyakit yang diakibatkan virus belum dapat ditanggulangi secara pasti. Namun demikian pencegahan dapat dilakukan dengan jalan vaksinasi dengan obat antibiotik.
2.      Jenis penyakit bakterial yang ditemukan pada ikan kerapu, diantaranya adalah penyakit borok pangkal strip ekor dan penyakit mulut merah. Hasil isolasi dan identifikasi bakteri ditemukan beberapa jenis bakteri yang diduga berkaitan erat dengan kasus penyakit bakterial, yaitu Vibrio alginolyticus, V algosus, V anguillarum dan V fuscus. Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan penggunaan berbagai jenis antibiotika seperti Chloramfenikol, eritromisina dan oksitetrasiklin. Sifat lain yang tidak kalah penting adalah sifat proteolitik yang berkaitan dengan mekanisme infeksi bakteri
3.      Penyakit yang disebabkan oleh parasit yang sering ditemukan pada ikan kerapu macan adalah terlihat bercak putih. Perlakuan bahan kimia pengendali parasit dapat dilakukan seperti perendaman dalam larutan formalin 25 ppm, perendaman ikan dalam air bersalinitas 8 ppt selama beberapa jam dan memindahkan ikan yang sudah diperlakukan ke dalam wadah barn bebas parasit.




Gambar. 1 : Penyakit bakterial pada ikan kerapu
Diantara jenis bakteri tersebut bakteri V alginolyticus dan V fuscus merupakan jenis yang sangat patogen pada ikan kerapu tikus.
4.3.2.1. Vibrio alginolyticus
Vibrio alginolyticus dicirikan dengan pertumbuhannya yang bersifat swarm (Gambar 2) pada media padat non selektif. Ciri lain adalah gram negatif, motil, bentuk batang, fermentasi glukosa, laktosa, sukrosa dan maltosa, membentuk kolom berukuran 0.8-1.2 cm yang berwarna kuning pada media TCBS. Bakteri ini merupakan jenis bakteri yang paling patogen pada ikan kerapu tikus dibandingkan jenis bakteri lainnya. Nilai konsentrasi letal median (LC50) adalah sebesar 106.6 pada ikan dengan berat antara 5-10 gram. Kematian masal pada benih diduga disebabkan oleh infeksi bakteri V alginolyticus..
4.3.2.2. Vibrio anguillarum
Dibandingkan dengan V alginolyticus, V anguillarum merupakan spesies yang kurang patogen terhadap ikan air payau. Pada uji patogenisitas ikan kerapu tikus ukuran 5 gram yang diinfeksi bakteri dengan kepadatan tinggi hingga 108 CFU/ikan hanya mengakibatkan mortalitas 20%.
Diagnosis penyakit dapat dilakukan dengan melakukan isolasi dan identifikasi bakteri. Penumbuhan bakteri pada media selektif TCBS akan didapatkan koloni yang kekuningan dengan ukuran yang hampir sama dengan koloni V alginolyticus akan tetapi bakteri ini tidak tumbuh swarm pada media padat non-selektif seperti NA.
4.3.3. Penyakit Protozoa
4.3.3.1. Cryptocaryonosis. Stadia parasit yang menginfeksi ikan dan menimbulkan penyakit adalah disebut trophont berbentuk seperti kantong atau genta (Gambar 3) berukuran antara 0.3-0.5 mm, dan dilengkapi dengan silia.
Tanda klinis ikan yang terserang adalah ikan seperti ada gangguan pernafasan, bercak putih pada kulit, produksi mukus yang berlebihan, kadang disertai dengan hemoragi, kehilangan nafsu makan sehingga ikan menjadi kurus. Erosi (borok) dapat terjadi karena infeksi sekunder dari bakteri.
Diagnosis dapat dilakukan dengan melihat gejala seperti adanya bercak putih, tetapi untuk lebih memantapkan (diagnosis definitif) perlu dilakukan pengamatan secara mikroskopis dengan cara memotong insang, mengerok dari lendir.
Serangan penyakit dapat diatasi dengan penjagaan kualitas air. 4.3.3.2. Infestasi Trichodina
Penempelan Trichodina (Gambar 4) pada tubuh ikan sebenarnya hanya sebagai tempat pelekatan (substrat), sementara parasit ini mengambil partikel organik dan bakteri yang menempel di kulit ikan. Tetapi karena pelekatan yang kuat dan terdapatnya kait pada cakram, mengakibatkan seringkali timbul luka, terutama pada benih dan ikan muda. Pelekatan pada insang juga seringkali disertai luka dan sering ditemukan set darah merah dalam vakuola makanan Trichodina. Pada kondisi ini maka Trichodina merupakan ektoparasit sejati.
Trichodina yang merupakan ektoparasit pada ikan air laut mempakan spesies yang bersifat sebetulnya lebih bersifat komensal daripada ektoparasit. Trichodina spp. yang didapatkan pada ikan air payau merupakan spesies yang memiliki toleransi yang luas terhadap kisaran salinitas. Trichodina yang menempel di insang umunmya berukuran lebih kecil dibandingkan yang hidup di kulit, contohnya adalah Trichodinella.
Ikan yang terserang Trichodina biasanya warna tubuhnya terlihat pucat, produksi lendir yang berlebihan dan terlihat kurus. Diagnosis dapat dilakukan dengan cara melakukan pengerokan (scraping) pada kulit, atau mengambil lembaran insang dan melakukan pemeriksaan secara mikroskopis.
Pencegahan terhadap wabah penyakit adalah dengan cara pengendalian kualitas lingkungan, karena mewabahnya penyakit berkaitan dengan rendahnya kualitas lingkungan. Perlakuan terhadap ikan yang terinfeksi oleh parasit adalah dengan cara perendaman dalam larutan formalin 200-300 ppm.
4.3.3.3. Caligus sp., parasit golongan Crustacea
Parasit jenis ini sering, ditemukan baik pada induk ikan maupun di tambak. Penempelan ektoparasit ini dapat menimbulkan luka, dan akan lebih parah lagi karena ikan yang terinfeksi dengan parasit sering menggosok-gosokkan tubuhnya ke dinding bak atau substrat keras lainnya. Timbulnya luka akan diikuti dengan infeksi bakteri.
Caligus sp. berukuran cukup besar sehingga dapat diamati dengan tanpa bantuan mikroskop. Perlakuan ikan terserang parasit cukup mudah, yaitu hanya merendamnya dalam air tawar selama beberapa menit. Perlakuan dengan formalin 200-250 ppm juga cukup efektif. Penggunaan bahan seperti Triclorvon (Dyvon 95 SP) hiingga 2 ppm dapat mematikan parasit.


III.   METODE KERJA

1.1    Tempat dan Waktu
Praktek kerja lapang ini akan dilaksanakan di Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Ujung Batee Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh  pada tanggal 10 Februari s/d 10 Maret 2011.

1.2    Metode Pengambilan Data
Metode yang dipakai dalam praktek kerja lapang ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya ( Best, 1982). Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat.
Dalam perkembangan akhir-akhir ini, metode penelitian deskriptif juga banyak di lakukan oleh para penelitian karena dua alasan. Pertama, dari pengamatan empiris didapat bahwa sebagian besar laporan penelitian di lakukan dalam bentuk deskriptif. Kedua, metode deskriptif sangat berguna untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan maupun tingkah laku manusia ( Best, 1982).

1.3    Teknik Pengambilan Data
            Teknik yang dipakai dalam praktek kerja lapang ini dengan mengambil dua macam data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari observasi, wawancara dan partisipasi aktif, sedangkan data sekunder didapat dari lapangan.
1.3.1   Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber informan pertama yaitu individu atau perseorangan seperti hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Data primer ini berupa catatan hasil wawancara, hasil observasi ke lapangan secara langsung dalam bentuk catatan tentang situasi dan kejadian dan data-data mengenai informan (Umar, 1999).
a.   Observasi
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut (Bungin, 2007).
Dalam praktek kerja lapang ini observasi dilakukan terhadap berbagai kegiatan pembenihan meliputi kolam,  konstruksi kolam, pengairan, pembenihan, pemberatasan hama dan penyakit, pemanenan dan pemasaran.
b.   Wawancara
Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama ( Bungin, 2003).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden). Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan pertanyaan yang mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan multiple, jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport, ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol emosi negatif (Bungin, 2003).
Wawancara pada praktek kerja lapang ini meliputi sejarah berdirinya Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Ujung Batee, keadaan umum, struktur organisasi, kegiatan pembenihan ikan, permasalahan yang dihadapi, hasil yang dicapai dan lain sebagainya.

c.    Partisipasi Aktif
Partisipasi aktif merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden (Bungin, 2007).
Bentuk partisipasi aktif ini merupakan suatu kegiatan dimana kita turut serta secara langsung dalam semua kegiatan yang berkaitan dengan pembenihan seperti pemberian pakan, pengukuran kualitas air, perhitungan kepadatan penebaran, analisis usaha, dan lain-lain.
3.3.2  Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data primer yang sudah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram. Data ini digunakan untuk mendukung infomasi primer yang diperoleh baik dari dokumen, maupun dari observasi langsung ke lapangan (Umar, 1999). Dalam praktek kerja lapang ini data sekunder diperoleh dari laporan-laporan pustaka yang menunjang, serta data yang diperoleh dari lembaga pemerintah, pihak swasta yang berhubungan maupun masyarakat yang terkait dengan usaha pembenihan ikan bandeng.

3.4   Jadwal Pelaksanaan
Adapun jadwal pelaksanaan kegiatan praktek kerja lapang, yaitu :
·       Persiapan administrasi 5 hari
·       Pembuatan proposal                10 hari
·       Partisipasi aktif                       30 hari
·       Penyusunan laporan                30 hari
Waktu penyelesaian                75 hari

1 komentar: